Rabu, 10 April 2013

Fungsi Konatif Dinamik


 Fungsi Konatif Dinamik

Kemampuan inilah yang menciptakan suatu kondisi dalam diri siswa, dan yang menjadi salah satu faktor dalam keadaan awal siswa adalah :

1.      Karakter – hasrat – kehendak.

Semua ini berkaitan dengan arah dan tujuan dari belajar. Karakter atau watak menunjukan pada suatu aspek dalam kepribadian. Kepribadian diartikan sebagai keseluruan sifat-sifat individual seseorang. Sifat adalah ciri kepribadian yang memberikan corak khas pada subyek dan berupa sesuatu yang agak umum dan menyeluruh. Contohnya : Jujur, sombong, dll.

Karakter ialah keseluruhan hasrat pada manusia yang terarah pada suatu tujuan yang mengandung nilai moralitas. Sedangkan hasrat adalah mencari apa yang memberikan kepuasan kepadanya dan menyingkiri apa yang tidak memuaskan baginya.

2.      Motivasi belajar.

Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Motiivasi bukan hanya berperan dalam belajar di sekolah. Melainkan juga dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Dibedakan antara motif dan motivasi.

Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu sehingga mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif.

 

Dalam literatur profesional tentang motivasi dapat ditemukan empat pandangan dasar, yaitu :

a.       Pandangan behavioris yang menerapkan pengertian seperti kontiguitas, peneguh, atau penguatan, serta hukuman pada masalah motivasi. Motivasi dalam pandangan behavioris menjadi penggerak pada seseorang untuk berperilaku tertentu guna memperoleh efek yang diinginkan. Patut dicatat bahwa seorang bahavioris yang tulen sebenarnya akan menolak menggunakan istilah “motivasi” karena itu menunjukan pada sesuatu yang bersifat mental karena seorang behavioris yang tulen lebih senang berbicara tentang seberapa jauh seorang siswa belajar atau tidak belajar untuk mendapatkan efek-efek yang diinginkan.

b.      Pandangan humanistis yang menekankan kepada kebebasan pribadi, hak untuk memilih sendiri, pengaturan diri dan penentuan diri, kecenderungan untuk pengembangan diri yang optimal, serta dorongan untuk memperkaya diri.

c.       Pandangan kognitivis yang menonjolkan peranan dari keyakinan, tujuan, penafsiran, harapan, minat, kemampuan. Berlawanan dengan pandangan behavioris yang menekankan pada eksternal seperti rangsangan dan peneguhan.

d.      Pandangan belajar sosial (social learning) yang memperhitungkan baik pengaruh dari efek maupun peranan dari interpretasi individual. Ini berarti bahwa motivasi pada seseorang dilihat dari pengharapan untuk memperoleh suatu efek. Menurut Bandura dalam teorinya “social cognitive theory” manusia lahir dari beberapa sumber yaitu proyeksi/ perkiraan tentang kemungkinan akan berhasil atau gagal, pengetahuan tentang akibat/ efek dari keberhasilan atau kegagalan. Pembahasan motivasi dan motivasi belajar meliputi sejumlah unsur yang relevan bagi lahirnya dan bertahannya motivasi. Di antara unsur itu ada yang bersifat internal dan mental, dan ada pula yang bersifat eksternal. Aneka unsur internal dan mental meliputi enam topik :

1.      Kebutuhan dan motivasi

Kebutuhan dapat dirumuskan sebagai kekosongan dalam kehidupan manusia atau tidak terdapatnya sesuatu pada seseorang yang diperlukan bagi kesejahteraannya, paling sedikit menurut perkiraannya sendiri. Kebutuhan itu adalah :

(1)   Menjamin kelangsungan hidup jasmani (makanan, minuman, tempat tinggal)

(2)   Menjamin keamanan secara fisik dan psikologis

(3)   Menikmati hubungan social yang memuaskan (dicintai, disayangi, diterima)

(4)   Menikmati rasa harga diri (mengakui diri sendiri sebagai orang yang patut dihargai dan mendapat pengakuan itu pula dari orang lain)

(5)   Mengembangkan diri secara intelektual

(6)   Menikmati dan menghayati keindahan dalam berbagai bentuknya seperti keteraturan dan keseimbangan

(7)   Mencapai pangayaan diri manusia secara optimal dan maksimal

2.      Harapan akan sukses dan motivasi

Kaitan antara harapan akan sukses dan motivasi disoroti dalam pandangan belajar sosial. Dan yang dicapai dari aspek ini adalah :

(1)   Besar kecilnya motivasi belajar

(2)   Penafsiran subjek dan hasil dari tercapainya sasaran

3.      Keadaan terangsang dan motivasi

Termotivasi kuat untuk melakuakan sesuatu biasanya menampakan diri dalam sejumlah gejala baik yang fisik maupun yang psikologis, misalnya denyutan jantung meningkat dan tekanan darah naik. Pada umumnya berlaku bahwa dalam mengerjakan tugas akan diperoleh prestasi optimal apabila subjek dalam keadaan terangsang dan rangsangannya disertai rasa gelisah yang besar. Dengan demikian perasaan terangsang dan kegelisana dapat menjadikan siswa dalam beberapa faktor, yaitu :

(1)   Kegelisahan dapat menjadi baik bilamana kegelisahan tersebut menjadikan dirnya takut akan kegagalan sehingga memotivasinya dalam mencapai kesuksesan.

(2)   Kegelisahan dapat menjadi dampak negative apabila rangsangan tersebut menjadikan diri siswa takut sehingga tidak nyaman dalam mengerjakan tugas-tugasnya dalam belajar.

4.      Pencarian sebab dan motivasi

Sebab dan pencarian motivasi bias dari sebuah pengharga dirian seseorang. Kebutuhan akan rasa harga diri merupakan sumber motivasi yang kuat, karena rasa itu berfungsi sebagai suatu standar untuk menilai diri. Dan hal ini dikenal dengan teori “attribution theory” yaitu teori yang memandang cara orang yang mencari penjelasan bagi keberhasilan yang dinikmati atau kegagalan yang dialami. Alasan-alasan siswa untuk menjelaskan keberhasilan atau kegagalannya dalam rangka berprestasi dalam belajar dibatasi dalam empat alasan pokok :

(1)   Kemampuan akademis

(2)   Usaha

(3)   Kesulitan tugas belajar yang dibebankan

(4)   Nasib

Kalau masing-masing dari empat alasan ini ditaruh pada ketiga dimensi, maka pandangan kebanyakan kegagalan dan keberhasilan siswa sebagai berikut :

a.       Kemampuan akademis adalah internal, stabil dan tidak dapat dikontrol (sebenarnya tidak harus selalu demikian)

b.      Usaha adalah internal, labil dan dapat dikontrol

c.       Kesulitan tugas belajar adalah eksternal, stabil dan tidak dapt dikontrol

d.      Nasib adalah eksternal, labil dan dapat dikontrol

5.      Keberhasilan dan keyakinan tentang kemampuan

Dalam hal ini dibedakan menjadi tiga :

(1)   Siswa yang berorientasi pada mengejar keberhasilan

(2)   Siswa yang Berorientasi pada menghindari kegagalan

(3)   Siswa yang berorientasi pada sikap pasrah terhadap kegagalan

6.      Kesimpulan bagi tenaga pengajar

Hal yang harus diperhatikan bagi para pegajar terhadap siswa adalah :

(1)   Wujud pikiran seperti penilaian diri

(2)   Menghindari pesan yang fatal seperti berkata kamu bodoh

Hal yang harus diperhatikan oleh tenaga pengajar dalam memberikan tugas : 

a.       Tugas belajar yang dihadapi oleh siswa bermacam-macam seperti menghapal, menghitung sehingga pemberian tugas harus menciptakan kombinasi dari berbagai hal.

b.      Suasana dalam kelas mempengaruhi kadar motivasi belajar siswa

c.       Memberikan pertanyaan menurut kadar dari siswa, dan juga memberikan pujian terhadap siswa yg bisa menjawab maupun tidak

d.      Usaha interaksional guru terhadap siswa agar siswa menaruh rasa percaya diri sehingga menyebabkan rasa antusias dalam belajar

Motivasi belajar di sekolah lazim dibedakan atas dua bentuk, yaitu :

a.      Motivasi Ekstrinsik

Aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri

Contoh : Siswa yang mendapatkan hadiah apabila ia berhasil menjawab soal dengan benar.

Dan Motivasi ini meliputi :

1.      Memenuhi suatu kebutuhan

2.      Sebagai sarana untuk mencapai suatu target

3.      Kebutuhan berkekurangan dalam sistematika

4.      Kebutuhan pengayakan

Yang tergolong dalam system belajar ini adalah :

1.      Belajar demi memenuhi kewajiban

2.      Belajar demi menghindari hukuman

3.      Belajar demi memperoleh hadiah

4.      Belajar demi meningkatkan gengsi sosial

5.      Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting

6.      Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan keniakan jenjang/ golongan administrative

b.      Motivasi Intrinsik

Kegiatan belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu.

Contoh : Siswa yang rajin bertanya disebabkan karena ingin mengetahui seluk beluk ilmu tertentu karena ingin menjadi ahli di bidang tertentu.

Bila deperbandingkan maka sistem belajar yang terbaik adalah sistem intrinsik dikarenakan terdapat hubungan esensial antara kebutuhan yang akan dipenuhi dan kegiatan belajar, sehingga system belajar seperti ini menyebabkan motivasi lebih cenderung bertahan lama.

Faktor penyebab krisis motivasi belajar adalah :

(1)   Kehidupan diluar lingkup sekolah menawarkan banyak bentuk rekreasi yang dapat membuat orang merasa puas, meskipun rasa puas itu tidak bertahan lama.

(2)   Pengaruh dari teman sebaya yang tidak menghargai prestasi tinggi dalam belajar di sekolah, karrena prestasi-prestasi seperti ini lebih jauh dihargai. Contoh : Bertanding di gelanggang olahraga, bertarung mau di jalan raya, membawakan acara band dan lagu-lagu pop.

(3)   Kekaburan mengenai cita-cita hidup sesdudah tamat pendidikan sekolah terutama karena kemungkinan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi

(4)   Keadaan kelurga yang kurang menguntungkan, karena sejak kecil anak kurang ditantang untuk memberikan prestasi yang patut dibanggakan atau karena kehidupan keluarga kurang harmonis, sehingga stabilitas emosional anak terganggu

(5)   Sikap kritis sejumlah orang muda terhadap masyarakat, sehingga mereka meragukan kegunaan dari belajar di sekolah

Yang mendapat perhatian khusus dalam psikologi pengajaran adalah motivasi yang dikenal dengan nama “achievement motivation” yaitu daya penggerak dalam diri seseorang untuk memperoleh keberhasilan dan melibatkan diri dalam kegiatan di mana keberhasilannya tergantung pada usaha pribadi dan kemampuan yang dimiliki.

Kesukaran bagi tenaga kependidikan adalah siswa yang mengalami ketakutan akan kegagalan yang bersifat negatif. Ketakutan ini langsung berkaitan dengan aneka tugas yang harus dikerjakan di sekolah, terutama di bidang belajar akademis yang disertai penilaian secara formal.

Dalam menghadapi “krisis motivasi” kewajiban guru adalah harus menimbulkan motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik ditanamkan dan dikembangkan melalui :

a.       Menjelaskan kepada siswa manfaat dan kegunaan bidang studi yang diajarkan, khususnya bidang studi yang biasanya tidak menarik minat spontan.

b.      Menunjukan antusiasisme dalam mengajarkan bidang studi dan menggunakan prosedur yang baik dan cukup bervariasi.

c.       Bilamana dimungkinkan dari segi tujuan pengajaran melibatkan siswa agar siswa tidak memandang bahwasanya belajar sebagai kewajiban.

d.      Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang dapat memenuhi kebutuhan motivasional pada siswa, baik mereka yang mengalami ketakutan positif maupun negative.

Sedangkan motivasi ekstrinsik dapat ditimbulkan melalui :

a.       Menggunakan berbagai insentif, baik yang bertujuan supaya siswa mempertahankan perilaku yang tepat maupun yang bertujuan agar siswa menghentikan perilaku yng tidak tepat. Seperti memberikan hadiah.

b.      Mengoreksi dan mengembalikan pekerjaan ulangan dan pekerjaan rumah dalam waktu sesingkat mungkin, disertai komentar spesifik mengenai hasil pekerjaan itu dalam bentuk kata-kata atau nilai.

c.       Menggunakan berbagai bentuk kompetisi/ persaingan dalam kombinasi dengan kegiatan belajar koperatif

 

3.       Konsentrasi – perhatian

Konsentrasi ialah pemusatan tenaga dan energy psikis dalam menghadapi suatu obyek. Perhatian adalah perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari. Tetapi bagaimanapun konsentrasi belajar tergantung terhadap minat. Maksudnya adalah bilamana seorang siswa tidak berminat pada suatu mata pelajaran maka konsentrasi itupun akan sulit muncul.

C. Fungsi Afektif

Didalam berperasaan manusia manusia mengadakan penilaian terhadap semua obyek yang dihadapi, apabila obyek itu berharga maka timbulah perasaan senang dan begitupun sebaliknya. Alam perasaan seolah-olah terdiri dari beberapa lapisan yang berbeda-beda peranannya terahadap semangat belajar. Kenyataan ini disebabkan oleh beberapa unsur diantaranya :

(1)   Temperamen

Alam perasaan memiliki sifat-sifat umum tertentu . Ada orang yang berperasaan gembira dan optimist dan juga ada yang cenderung sedih dan pesimis, maka hal ini dikenal dengan istilah “stemming dasar” atau nada dasar alam perasaan.

(2)   Perasaan

Yang dimaksud disini adalah perasaan momentan dan intensional. Momentan berarti bahwa perasaan timbul pada saat tertentu sedangkan intensional berarti bahwa reaksi perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang, atau situasi tertentu.

Perasaan momentan bias bertahan lebih lama dan ini dikenal dengan istilah “stemming actual” atau “mood”.

(3)   Sikap

Orang yang bersikap tertentu cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sendiri sebagai hal yang berguna atau tidak bagi dirinya. Sehingga penilaian yang tanpa banyak refleksi dapat diperkuat dengan menemukan aeka alasan yang mendukung penilaian melalui perasaan.

(4)   Minat

Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi tersebut. Minat  momentan ialah perasaan tertarik pada suatu topik yang sedang dibahas atau dipelajari dan dikenal dengan istilah “perhatian”.

D. Fungsi Sensorik – Motorik

Kemampuan yang dimiliki siswa dibidang psikomotorik juga merupakan bagaian dari keadaan awal di piihak siswa yang dapat menghambat dan membantu di semua proses belajar-mengajar. Contoh dari keterampilan motorik seperti kecepatan menulis, kecepatan berbicara. Contoh beberapa akibat dari siswa yang kurang dalam kemampuan motorik :

1.      Cenderung membuat  siswa kurang percaya diri

2.      Takut dan gelisah

3.      Hasil belajar yang kurang apalagi di beberapa bidang yang sangat membutukan keterampilam motoric. Contoh : aktifitas berolahraga

Beberapa hal yang menyangkut kepribadian siswa :

1.      Individualis biologis (panca indera, bentuk tubuh, dll)

2.      Kondisi mental (ketenangan batin, stabilitas dan labilitas mental)

3.      Vitalis psikis (kekuatan energi:

Aspek dari vitalis psikis antaranya :

a.       Daya penggerak vital

b.      Kemampuan memulihkan kembali kekuatan

c.       Irama hidup sehari-hari

d.      Kepekaan alat-alat indera

4.      Lingkungan hidup

Maksudnya adalah seluruh keadaan yang melingkupi atau keadaan yang dengan kehadirannya memberikan pengaruh pada perkembangan siswa.

5.      Perkembangan kepribadian

Siswa yang berkembang secara normal akan menampakan ciri-ciri yang khas bagi taraf perkembangan. Adapun ciri-ciri yang dimaksud adalah :

a.       Diferensiasi antara fungsi-fungsi psikis. Yaitu mampu membedakan antara berfikir, berkemauan, berperasaan serta menghayati perbedaan itu.

b.      Integrasi antara fungsi-fungsi psikis. Yaitu mampu menggunakan daya berfikir, berkemauan, dan berperasaan secara terpadu demi mencapai tujuan hidupnya.

2. Pribadi Guru

Inilah sistematika kepribadian guru terhadap siswa didiknya :

a.       Kepribadian guru

Yang mencakup :

(1)   Penghayatan nilai-nilai kehidupan (values). Maksudnya tingkah laku dari guru akan memberikan dampak terhadap siswa.

(2)   Motivasi kerja

(3)   Sifat dan sikap

b.      Guru sebagai pendidik

 Yang mencakup :

(1)   Sebagai Inspirator. Maksudnya guru memberikan semangat pada setiap siswa, tanpa terpaku pada taraf kemampuan intelektual atau tingkat motivasi belajarnya.

(2)   Sebagai korektor, penjaga disiplin, umur, dan jenis kelamin

Hal yang diperhatikan dalam hal ini adalah :

a.       Mencari kontak dengan guru

b.      Mengetahui nama siswa siswi dalam kelas

c.       Menunjukan harapan positif terhadap siswa

d.      Mempersiapkan pelajaran sebaik mungkin sebelum masuk kelas

e.       Di luar kelas bertingkah laku biasa dan tidak berlebihan

f.       Baru memulai kelas bila kelas sudah tenang

g.       Mengetahui terus terang apabila tidak mengetahui sesuatu

h.      Mencari kontak mata dengan siswa yang menyimpang

i.        Hukuman diberikan apabila melakukan pelanggaran

c.       Guru sebagai didaktinus

 Yang mencakup :

(1)   Keahlian dalam penggunaan prosedur didaktis. Mencakup beberapa hal seperti mengetahui/ menyadari keuntungan dan kelemahan dari masing-masing prosedu, memperhitungkan sifat materi pelajaran dan tujuan pengajaran

(2)   Keahlian dalam penguasaan materi

(3)   Gaya memimpin kelas. Gaya ini menurut Kurt Lewin yaitu gaya otoriter, gaya demokratis, dan gaya laissez faire. Gaya otoriter guru yang berkuasa. Gaya demokrasi guru masuk manjadi satu terhadap siswa atau bertindak sebagai kelompok belajar sedangkan gaya laissez faire adalah dimana siswa menentukan sendiri sebaiknya bagaimana system belajar yang dikehendaki. Adapun beberapa pertimbangan antara gaya demokratis dan otoriter :

(a)    Apa yang menjadi tujuan pengajaran dan bagaimana sifat materi pelajaran

(b)   Besar kecilnya satuan kelas. Jika kelas agak besar maka system yang terbaik adalah gaya otoriter

(c)    Tahap perkembangan siswa dalam kelas

(d)   Taraf kemampuan siswa belajar, lebih-lebih apabila dikaitan dengan rasa percaya diri yang dimiliki siswa

(e)    Adanya ruang untuk aneka benetuk campuran anatara kedua gaya ersebut

(f)    Alasan untuk menggunakan gaya demokratis seperti guru dan siswa harus bermusyawarah

Sedangkan gaya laissez faire pada umumnya tidak disarankan dikarenakan siswa akan cenderung untuk hanya memperhatikan diri sendiri dan kurang menghargai wewenang guru

(g)    Guru berkomunikasi dengan siswa

(h)   Kemampuan berbahasa

(i)     Tenaga pengajar harus diberi kelonggaran waktu cukup lama untuk berkembang

d.      Guru sebagai rekan seprofesi

 

 

 

3.      Struktur jaringan hubungan sosial

Jaringan sosial terbentuk karena sejumlah orang yang hidup bersama atau bekerja sama. Dalam lingkungan sekolah juga terdapat suatu system sosial yaitu struktur jaringan hubungan sosial antara sejumlah orang yang menempati kedudukan atau posisi tertentu. Status sosial ialah tinggi atau rendahnya prestise (kehormatan) yang diberikan kepada seseorang, berdasarkan posisi yang dipegangnya dalam keseluruhan sistem sosial yang berlaku baik menurut pola organisasi formal maupun informal. Adapun beberapa masalah sistem sosial di sekolah dan status sosial yaitu :

(a)    Status sosial yang dimiliki seorang siswa, dapat mempengaruhi kegiatan belajar karena berkaitan dengan penghargaan terhadap diri sendiri dan penerimaan lingkungan terhadapnya. Bagi siswa yang dihargai maka siswa itu akan lebih berkonsentrasi dalam belajar. Sedangkan yang tidak dihargai akan tertekan, merasa rendah diri dan sulit berkonsentrasi belajar.

(b)   Siswa cenderung menyesuaikan sikap dan perilakunya dengan sikap dari perilaku kelompok sosialnya

(c)    Tenaga pengajar tidak hanya menghadapi sejumlah individu dalam suatu satuan kelas, tetapi juga beberapa kelompok yang telah dibentuk oleh siswa sendiri, namun kerap tidak mengetahui tentang adanya kelompok itu dan siapa yang menjadi anggotanya

 

4.      Sekolah sebagai institusi

Dalam bagian ini ditinjau aspek keadaan awal yang meliputi struktur meso, yaitu pengaturan kehidupan lingkungan sekolah. Beberapa faktor yang ditinjau apabila sekolah sebagai institusi :

a.       Prasarana dan sarana

Seperti gedung sekolah, UKS, perpustakaan, dll

b.      Suasana di sekolah

Suasana di sekolah menunjuk pada iklim psikologis yang terdapat di suatu sekolah.

c.       Kurikulum sekolah

Kurikulum sekolah mengikuti rancangan pendidikan nasional yang telah ditentukan untuk berbagai jenjang dan jenis pendidikan sekolah. Kurikulum dalam arti luas dituangkan dalam bentuk suatu dokumen tertulis yang menjadi pedoman dan pegangan.

d.      Sistem progresi siswa

Maksudnya adalah prosedur yang diikuti dalam memajukan siswa dari tahap program pengajaran yang satu ke tahap berikutnya. Perlu dicatat pemberian nilai terhadap siswa harus sesuai dengan taraf prestasi belajar yang dicapai. Dalam literatur tentang pendidikan sekolah pada dasarnya dikenal dua sistem progesi yaitu yang disebut “grading” dan “nongrading”. Grading school ialah semua hal yang diikuti disekolah, sedangkan nograding school seluruh kegiatan luar lingkup sekolah. Grading pun bisa bermakna nilai disini. Oleh sebab itu grading di sekolah dibedakan dalm beberapa hal :

(1)   Dalam suatu graded school, dikenal tingkatan-tingkatan kelas (grades). Contohnya materi pelajaran dibagi atas bagian-bagian paket tahunan yang diajarkan di berbagai tingkatan kelas tertentu. Kelemahan dari sistem ini adalah siswa tidak dapat berada dalam taraf prestasi belajar yang sama. Sedangkan keuntungannya adalah siswa yang mengulang kelas mendapat kesempatan untuk mengejar kekurangannya di semua bidang studi.

(2)   Dalan nongraded school, kaitannya adalah dengan pakey materi tahunan, tingkatan kelas, dan kenaikan kelas ditiadakan. Yang diperjuangkan ialah diferensiasi dalam materi pelajaran yang harus dikuasi dan dalam tuntutan prestasi belajar. Disamping itu siswa dapat dikelompokan menurut kemampuannya.

e.       Pengelompokan siswa

Pengelompokan siswa terjadi menurut dua bentuk, yaitu bentuk pengelompokan kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif berdasarkan ciri :

1.      Umur

2.      Jenis kelamin

3.      Kemajuan dalam bidang studi

4.      Kurikulum jurusan

Sedangkan kuantitatif berdasarkan jumlah siswa yang digabung menjadi satu kelas.

Pengelompokan siswa menggunakan dua sistem ini terlaksana menurut garis vertikal dan garis horizontal. Menurut garis vertikal kelas disusun berdasarkan tingkatan-tingkatan kelas, sedangkan menurut garis horizontal kelas dibentuk berdasarkan satuan-satuan kelas yang berbeda-beda menurut program studi yang diikuti dan menurut besarnya jumlah siswa dalam setiap kelas.

Pengelompokan siswa menurut E. De Corte masih dipandang sebagai tentative (bersifat sementara) karena hasil yang diberikan oleh sistem kualitatif dan kuantitatif belum terdapat kepastian. Dalam pengelompokan sistem kualitatif dibedakan berdasarkan misalnya kelompok tahunan, kelurga, kelompok berkemampuan dalm bidang yang sama, dll, sehingga mempunyai keuntungan :

1.      Perkembangan sosial yang lebih baik

2.      Siswa yang lebih tua mampu membantu siswa yang lebih muda

3.      Tenaga pengajar harus menyesuaikan diri menurut masing-masing umur

4.      Pengklasifikasi kelas menurut tingkat kemampuan

Sedangkan kelemahannya :

1.      Siswa yang tau lebih mendominan

2.      Tenaga pengajar yang sering kali kurang cocok

Pengelompokan kuantitatif menyangkut masalh jumlah siswa dalm suatu kelas. Tapi dari sini tidak dapat dia mbil kesimpulan bahwa jumlah kelas yang lebih sedikit bisa mendapatkan hasil yang lebih memuaskan dibandingkan kelas yang siswanya berjumlah banyak. Karena bias saja cara guru mengajr menajdi faktor keberhasilan dan tidak berhasilanya seorang anak didik.

f.       Pengelompokan tenaga pengajar

Maksudnya adalh pengelompokan kelas berdasarkan kemampuan guru untuk mengajar dalm suatu bidang studi. Misalnya untuk siswa SMA maka guru matematika dibutuhkan yang ahli matematika. Dan hal ini bertolak dengan tenaga pengajar di SD, karena guru di SD akan mendapatkan seluruh aspek bidang studi. Oleh sebab itu dibuat pengelompokan guru (tim teaching) atau menggunakan sistem merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi dan dengan cara ini harus diperhatikan jangka waktu. Misalnya 100 menit untuk 5 modul.

g.       Pelayanan kepada siswa diluar bidang pengajaran

Yang dimaksud dengan ini adalah kegiatan ekstrakurikuler, bimbingan konseling, dll.

h.      Kontak dengan orang tua siswa

Cara ini adalah untuk menjadikan sistem yang kontinu dan positif, dengan memberikan laporan kepada orang tua siswa tentang perkembangan siswa secara kontak rutin maupun kontak insidential. Kontak rutin misalnya pertemuan orang tua sedangkan kontak insidential adalah pertemuan diadakan karena sebab tertentu atau dikarenakan ada masalah tertentu.

INTERAKSI ANTARA ASPEK-ASPEK KEADAAN AWAL

Untuk memudahkan peninjauan terhadap aspek-aspek keadaan awal dalam interaksi satu sama lain, maka inilah hasilanya :

1.      Aspek keadaan awal pada pihak siswa (masing-masing individu siswa) :

a.       Faktor-faktor yang langsung berkaitan dengan belajar :

-          Kognitif : Kemampuan belajar, gaya belajar, daya fantasi

-          Nonkognitif : Hasrat, motivasi belajar, konsentrasi, perasaan, sikap, minat

b.      Faktor-faktor yang ikut berperan dalam belajar :

-          Fungsi sensorik-motorik, kondisi fisik

-          Kepribadian siswa, individualitas biologis, temperamen, kondisi mental, vitalitas psikis, lingkungan hidup, perkembangan kepribadian

2.      Aspek-aspek keadaan awal diluar siswa :

a.       Pribadi guru yang meliputi faktor-faktor :

-          Kepribadian guru

-          Guru sebagai pendidik

-          Guru sebagai didaktikus

-          Guru sebagai rekan seprofesi

b.      Sekolah sebagai institusi pendidikan yang meliputi faktor-faktor :

-          Prasarana dan sarana

-          Suasana di sekolah

-          Kurikulum sekolah

-          Sistem progesi sekolah

-          Pengelompokan siswa

-          Pengelompokan tenaga pengajar

-          Pelayanan terhadap siswa di luar bidang pengajaran

-          Kontak dengan orang tua siswa

c.       Struktur jaringan hubungan sosial yang meliputi faktor-faktor :

                                                           Pola oragnisasi formal

-          Sistem sosial

                                                 Pola organisasi informal, terutama dalam kalangan siswa

-          Status sosial siswa

-          Interaksi guru-siswa

d.      Faktor-faktor situasional yang meliputi :

-          Keadaan sosial-politik, sosial-ekonomi, sosial-budaya

-          Keadaan waktu dan tempat

-          Keadaan klimatologis (iklim-musim)

Menurut Bloom dalam bukunya “Human Characteristics and School Learning” berpendapat bahwa dalam keadaan normal faktor-faktor kognitif bersamafaktor-faktor nonkognitif pada pihak siswa jauh lebih berpengaruh terhadap hasil belajar daripada pribadi guru. Menurut pendapatnya 60% dari hasil belajar dalam menghadapi materi pelajaran baru, bergantung pada faktor-faktor kognitif dan nonkognitif itu, sedangkan 40% bergantung pada kualitas pengajaran.

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwasanya faktor kognitif diutamakan kepada kemampuan belajar, lebih berpengaruh terhadap taraf prestasi siswa belajar siswa, sedangkan faktor nonkognitif lebih berperan dalam membangkitkan dan mempertahankan semangat dan gairah belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar