Fungsi Konatif Dinamik
Kemampuan inilah yang menciptakan suatu kondisi dalam diri siswa,
dan yang menjadi salah satu faktor dalam keadaan awal siswa adalah :
1. Karakter – hasrat – kehendak.
Semua ini
berkaitan dengan arah dan tujuan dari belajar. Karakter atau watak menunjukan
pada suatu aspek dalam kepribadian. Kepribadian diartikan sebagai keseluruan
sifat-sifat individual seseorang. Sifat adalah ciri kepribadian yang memberikan
corak khas pada subyek dan berupa sesuatu yang agak umum dan menyeluruh.
Contohnya : Jujur, sombong, dll.
Karakter ialah
keseluruhan hasrat pada manusia yang terarah pada suatu tujuan yang mengandung
nilai moralitas. Sedangkan hasrat adalah mencari apa yang memberikan kepuasan
kepadanya dan menyingkiri apa yang tidak memuaskan baginya.
2. Motivasi belajar.
Motivasi
belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar. Motiivasi bukan hanya berperan dalam belajar di
sekolah. Melainkan juga dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Dibedakan
antara motif dan motivasi.
Motif adalah
daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu sehingga
mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif.
Dalam literatur
profesional tentang motivasi dapat ditemukan empat pandangan dasar, yaitu :
a.
Pandangan behavioris yang menerapkan
pengertian seperti kontiguitas, peneguh, atau penguatan, serta hukuman pada
masalah motivasi. Motivasi dalam pandangan behavioris menjadi penggerak pada
seseorang untuk berperilaku tertentu guna memperoleh efek yang diinginkan. Patut
dicatat bahwa seorang bahavioris yang tulen sebenarnya akan menolak menggunakan
istilah “motivasi” karena itu menunjukan pada sesuatu yang bersifat mental
karena seorang behavioris yang tulen lebih senang berbicara tentang seberapa
jauh seorang siswa belajar atau tidak belajar untuk mendapatkan efek-efek yang
diinginkan.
b.
Pandangan humanistis yang menekankan
kepada kebebasan pribadi, hak untuk memilih sendiri, pengaturan diri dan
penentuan diri, kecenderungan untuk pengembangan diri yang optimal, serta
dorongan untuk memperkaya diri.
c.
Pandangan kognitivis yang
menonjolkan peranan dari keyakinan, tujuan, penafsiran, harapan, minat,
kemampuan. Berlawanan dengan pandangan behavioris yang menekankan pada
eksternal seperti rangsangan dan peneguhan.
d.
Pandangan belajar sosial (social
learning) yang memperhitungkan baik pengaruh dari efek maupun peranan dari
interpretasi individual. Ini berarti bahwa motivasi pada seseorang dilihat dari
pengharapan untuk memperoleh suatu efek. Menurut Bandura dalam teorinya “social
cognitive theory” manusia lahir dari beberapa sumber yaitu proyeksi/ perkiraan
tentang kemungkinan akan berhasil atau gagal, pengetahuan tentang akibat/ efek
dari keberhasilan atau kegagalan. Pembahasan motivasi dan motivasi belajar
meliputi sejumlah unsur yang relevan bagi lahirnya dan bertahannya motivasi. Di
antara unsur itu ada yang bersifat internal dan mental, dan ada pula yang
bersifat eksternal. Aneka unsur internal dan mental meliputi enam topik :
1.
Kebutuhan dan motivasi
Kebutuhan dapat dirumuskan sebagai kekosongan dalam kehidupan
manusia atau tidak terdapatnya sesuatu pada seseorang yang diperlukan bagi kesejahteraannya,
paling sedikit menurut perkiraannya sendiri. Kebutuhan itu adalah :
(1)
Menjamin kelangsungan hidup jasmani
(makanan, minuman, tempat tinggal)
(2)
Menjamin keamanan secara fisik dan
psikologis
(3)
Menikmati hubungan social yang
memuaskan (dicintai, disayangi, diterima)
(4)
Menikmati rasa harga diri (mengakui
diri sendiri sebagai orang yang patut dihargai dan mendapat pengakuan itu pula
dari orang lain)
(5)
Mengembangkan diri secara
intelektual
(6)
Menikmati dan menghayati keindahan
dalam berbagai bentuknya seperti keteraturan dan keseimbangan
(7)
Mencapai pangayaan diri manusia
secara optimal dan maksimal
2.
Harapan akan sukses dan motivasi
Kaitan antara harapan akan sukses dan motivasi disoroti dalam
pandangan belajar sosial. Dan yang dicapai dari aspek ini adalah :
(1)
Besar kecilnya motivasi belajar
(2)
Penafsiran subjek dan hasil dari
tercapainya sasaran
3.
Keadaan terangsang dan motivasi
Termotivasi kuat untuk melakuakan sesuatu biasanya menampakan diri
dalam sejumlah gejala baik yang fisik maupun yang psikologis, misalnya denyutan
jantung meningkat dan tekanan darah naik. Pada umumnya berlaku bahwa dalam
mengerjakan tugas akan diperoleh prestasi optimal apabila subjek dalam keadaan
terangsang dan rangsangannya disertai rasa gelisah yang besar. Dengan demikian
perasaan terangsang dan kegelisana dapat menjadikan siswa dalam beberapa
faktor, yaitu :
(1)
Kegelisahan dapat menjadi baik
bilamana kegelisahan tersebut menjadikan dirnya takut akan kegagalan sehingga
memotivasinya dalam mencapai kesuksesan.
(2)
Kegelisahan dapat menjadi dampak
negative apabila rangsangan tersebut menjadikan diri siswa takut sehingga tidak
nyaman dalam mengerjakan tugas-tugasnya dalam belajar.
4.
Pencarian sebab dan motivasi
Sebab dan pencarian motivasi bias dari sebuah pengharga dirian
seseorang. Kebutuhan akan rasa harga diri merupakan sumber motivasi yang kuat,
karena rasa itu berfungsi sebagai suatu standar untuk menilai diri. Dan hal ini
dikenal dengan teori “attribution theory” yaitu teori yang memandang
cara orang yang mencari penjelasan bagi keberhasilan yang dinikmati atau
kegagalan yang dialami. Alasan-alasan siswa untuk menjelaskan keberhasilan atau
kegagalannya dalam rangka berprestasi dalam belajar dibatasi dalam empat alasan
pokok :
(1)
Kemampuan akademis
(2)
Usaha
(3)
Kesulitan tugas belajar yang
dibebankan
(4)
Nasib
Kalau masing-masing dari empat alasan ini ditaruh pada ketiga
dimensi, maka pandangan kebanyakan kegagalan dan keberhasilan siswa sebagai
berikut :
a.
Kemampuan akademis adalah internal,
stabil dan tidak dapat dikontrol (sebenarnya tidak harus selalu demikian)
b.
Usaha adalah internal, labil dan
dapat dikontrol
c.
Kesulitan tugas belajar adalah
eksternal, stabil dan tidak dapt dikontrol
d.
Nasib adalah eksternal, labil dan
dapat dikontrol
5.
Keberhasilan dan keyakinan tentang
kemampuan
Dalam hal ini dibedakan menjadi tiga :
(1)
Siswa yang berorientasi pada
mengejar keberhasilan
(2)
Siswa yang Berorientasi pada
menghindari kegagalan
(3)
Siswa yang berorientasi pada sikap
pasrah terhadap kegagalan
6.
Kesimpulan bagi tenaga pengajar
Hal yang harus diperhatikan bagi para pegajar terhadap siswa adalah
:
(1)
Wujud pikiran seperti penilaian diri
(2)
Menghindari pesan yang fatal seperti
berkata kamu bodoh
Hal yang harus diperhatikan oleh tenaga pengajar dalam memberikan
tugas :
a.
Tugas belajar yang dihadapi oleh
siswa bermacam-macam seperti menghapal, menghitung sehingga pemberian tugas
harus menciptakan kombinasi dari berbagai hal.
b.
Suasana dalam kelas mempengaruhi
kadar motivasi belajar siswa
c.
Memberikan pertanyaan menurut kadar
dari siswa, dan juga memberikan pujian terhadap siswa yg bisa menjawab maupun
tidak
d.
Usaha interaksional guru terhadap
siswa agar siswa menaruh rasa percaya diri sehingga menyebabkan rasa antusias
dalam belajar
Motivasi belajar di sekolah lazim dibedakan atas dua bentuk, yaitu
:
a. Motivasi Ekstrinsik
Aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri
Contoh : Siswa
yang mendapatkan hadiah apabila ia berhasil menjawab soal dengan benar.
Dan Motivasi
ini meliputi :
1.
Memenuhi suatu kebutuhan
2.
Sebagai sarana untuk mencapai suatu
target
3.
Kebutuhan berkekurangan dalam
sistematika
4.
Kebutuhan pengayakan
Yang tergolong dalam system belajar ini adalah :
1.
Belajar demi memenuhi kewajiban
2.
Belajar demi menghindari hukuman
3.
Belajar demi memperoleh hadiah
4.
Belajar demi meningkatkan gengsi
sosial
5.
Belajar demi memperoleh pujian dari
orang yang penting
6.
Belajar demi tuntutan jabatan yang
ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan keniakan jenjang/ golongan
administrative
b. Motivasi Intrinsik
Kegiatan belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan
yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu.
Contoh : Siswa
yang rajin bertanya disebabkan karena ingin mengetahui seluk beluk ilmu
tertentu karena ingin menjadi ahli di bidang tertentu.
Bila deperbandingkan maka sistem belajar yang terbaik adalah sistem
intrinsik dikarenakan terdapat hubungan esensial antara kebutuhan yang akan
dipenuhi dan kegiatan belajar, sehingga system belajar seperti ini menyebabkan
motivasi lebih cenderung bertahan lama.
Faktor penyebab krisis motivasi belajar adalah :
(1)
Kehidupan diluar lingkup sekolah
menawarkan banyak bentuk rekreasi yang dapat membuat orang merasa puas,
meskipun rasa puas itu tidak bertahan lama.
(2)
Pengaruh dari teman sebaya yang
tidak menghargai prestasi tinggi dalam belajar di sekolah, karrena
prestasi-prestasi seperti ini lebih jauh dihargai. Contoh : Bertanding di
gelanggang olahraga, bertarung mau di jalan raya, membawakan acara band dan
lagu-lagu pop.
(3)
Kekaburan mengenai cita-cita hidup
sesdudah tamat pendidikan sekolah terutama karena kemungkinan untuk melanjutkan
ke perguruan tinggi
(4)
Keadaan kelurga yang kurang
menguntungkan, karena sejak kecil anak kurang ditantang untuk memberikan
prestasi yang patut dibanggakan atau karena kehidupan keluarga kurang harmonis,
sehingga stabilitas emosional anak terganggu
(5)
Sikap kritis sejumlah orang muda
terhadap masyarakat, sehingga mereka meragukan kegunaan dari belajar di sekolah
Yang mendapat perhatian khusus dalam psikologi pengajaran adalah
motivasi yang dikenal dengan nama “achievement motivation”
yaitu daya penggerak dalam diri seseorang untuk memperoleh keberhasilan dan
melibatkan diri dalam kegiatan di mana keberhasilannya tergantung pada usaha
pribadi dan kemampuan yang dimiliki.
Kesukaran bagi tenaga kependidikan adalah siswa yang mengalami
ketakutan akan kegagalan yang bersifat negatif. Ketakutan ini langsung
berkaitan dengan aneka tugas yang harus dikerjakan di sekolah, terutama di
bidang belajar akademis yang disertai penilaian secara formal.
Dalam menghadapi “krisis motivasi” kewajiban guru adalah harus
menimbulkan motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
ditanamkan dan dikembangkan melalui :
a.
Menjelaskan kepada siswa manfaat dan
kegunaan bidang studi yang diajarkan, khususnya bidang studi yang biasanya
tidak menarik minat spontan.
b.
Menunjukan antusiasisme dalam
mengajarkan bidang studi dan menggunakan prosedur yang baik dan cukup
bervariasi.
c.
Bilamana dimungkinkan dari segi
tujuan pengajaran melibatkan siswa agar siswa tidak memandang bahwasanya
belajar sebagai kewajiban.
d.
Menciptakan iklim dan suasana dalam
kelas yang dapat memenuhi kebutuhan motivasional pada siswa, baik mereka yang
mengalami ketakutan positif maupun negative.
Sedangkan motivasi ekstrinsik dapat ditimbulkan melalui :
a.
Menggunakan berbagai insentif, baik
yang bertujuan supaya siswa mempertahankan perilaku yang tepat maupun yang
bertujuan agar siswa menghentikan perilaku yng tidak tepat. Seperti memberikan
hadiah.
b.
Mengoreksi dan mengembalikan
pekerjaan ulangan dan pekerjaan rumah dalam waktu sesingkat mungkin, disertai
komentar spesifik mengenai hasil pekerjaan itu dalam bentuk kata-kata atau
nilai.
c.
Menggunakan berbagai bentuk
kompetisi/ persaingan dalam kombinasi dengan kegiatan belajar koperatif
3. Konsentrasi – perhatian
Konsentrasi
ialah pemusatan tenaga dan energy psikis dalam menghadapi suatu obyek.
Perhatian adalah perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari.
Tetapi bagaimanapun konsentrasi belajar tergantung terhadap minat. Maksudnya
adalah bilamana seorang siswa tidak berminat pada suatu mata pelajaran maka
konsentrasi itupun akan sulit muncul.
C. Fungsi Afektif
Didalam berperasaan manusia manusia mengadakan penilaian terhadap
semua obyek yang dihadapi, apabila obyek itu berharga maka timbulah perasaan
senang dan begitupun sebaliknya. Alam perasaan seolah-olah terdiri dari
beberapa lapisan yang berbeda-beda peranannya terahadap semangat belajar.
Kenyataan ini disebabkan oleh beberapa unsur diantaranya :
(1)
Temperamen
Alam perasaan
memiliki sifat-sifat umum tertentu . Ada orang yang berperasaan gembira dan
optimist dan juga ada yang cenderung sedih dan pesimis, maka hal ini dikenal
dengan istilah “stemming dasar” atau nada dasar alam perasaan.
(2)
Perasaan
Yang dimaksud
disini adalah perasaan momentan dan intensional. Momentan berarti bahwa
perasaan timbul pada saat tertentu sedangkan intensional berarti bahwa reaksi
perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang, atau situasi tertentu.
Perasaan
momentan bias bertahan lebih lama dan ini dikenal dengan istilah “stemming
actual” atau “mood”.
(3)
Sikap
Orang yang
bersikap tertentu cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek itu sendiri sebagai hal yang berguna atau tidak bagi
dirinya. Sehingga penilaian yang tanpa banyak refleksi dapat diperkuat dengan
menemukan aeka alasan yang mendukung penilaian melalui perasaan.
(4)
Minat
Minat diartikan
sebagai kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang
studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi
tersebut. Minat momentan ialah perasaan
tertarik pada suatu topik yang sedang dibahas atau dipelajari dan dikenal
dengan istilah “perhatian”.
D. Fungsi Sensorik – Motorik
Kemampuan yang dimiliki siswa dibidang psikomotorik juga merupakan
bagaian dari keadaan awal di piihak siswa yang dapat menghambat dan membantu di
semua proses belajar-mengajar. Contoh dari keterampilan motorik seperti
kecepatan menulis, kecepatan berbicara. Contoh beberapa akibat dari siswa yang
kurang dalam kemampuan motorik :
1.
Cenderung membuat siswa kurang percaya diri
2.
Takut dan gelisah
3.
Hasil belajar yang kurang apalagi di
beberapa bidang yang sangat membutukan keterampilam motoric. Contoh : aktifitas
berolahraga
Beberapa hal yang menyangkut kepribadian siswa :
1.
Individualis biologis (panca indera,
bentuk tubuh, dll)
2.
Kondisi mental (ketenangan batin, stabilitas
dan labilitas mental)
3.
Vitalis psikis (kekuatan energi:
Aspek dari
vitalis psikis antaranya :
a.
Daya penggerak vital
b.
Kemampuan memulihkan kembali
kekuatan
c.
Irama hidup sehari-hari
d.
Kepekaan alat-alat indera
4.
Lingkungan hidup
Maksudnya
adalah seluruh keadaan yang melingkupi atau keadaan yang dengan kehadirannya
memberikan pengaruh pada perkembangan siswa.
5.
Perkembangan kepribadian
Siswa yang
berkembang secara normal akan menampakan ciri-ciri yang khas bagi taraf
perkembangan. Adapun ciri-ciri yang dimaksud adalah :
a.
Diferensiasi antara fungsi-fungsi
psikis. Yaitu mampu membedakan antara berfikir, berkemauan, berperasaan serta
menghayati perbedaan itu.
b.
Integrasi antara fungsi-fungsi
psikis. Yaitu mampu menggunakan daya berfikir, berkemauan, dan berperasaan
secara terpadu demi mencapai tujuan hidupnya.
2. Pribadi Guru
Inilah sistematika kepribadian guru terhadap siswa didiknya :
a.
Kepribadian guru
Yang mencakup :
(1)
Penghayatan nilai-nilai kehidupan
(values). Maksudnya tingkah laku dari guru akan memberikan dampak terhadap
siswa.
(2)
Motivasi kerja
(3)
Sifat dan sikap
b.
Guru sebagai pendidik
Yang mencakup :
(1)
Sebagai Inspirator. Maksudnya guru
memberikan semangat pada setiap siswa, tanpa terpaku pada taraf kemampuan
intelektual atau tingkat motivasi belajarnya.
(2)
Sebagai korektor, penjaga disiplin,
umur, dan jenis kelamin
Hal yang diperhatikan dalam hal ini adalah :
a.
Mencari kontak dengan guru
b.
Mengetahui nama siswa siswi dalam
kelas
c.
Menunjukan harapan positif terhadap
siswa
d.
Mempersiapkan pelajaran sebaik
mungkin sebelum masuk kelas
e.
Di luar kelas bertingkah laku biasa
dan tidak berlebihan
f.
Baru memulai kelas bila kelas sudah
tenang
g.
Mengetahui terus terang apabila
tidak mengetahui sesuatu
h.
Mencari kontak mata dengan siswa
yang menyimpang
i.
Hukuman diberikan apabila melakukan pelanggaran
c.
Guru sebagai didaktinus
Yang mencakup :
(1)
Keahlian dalam penggunaan prosedur
didaktis. Mencakup beberapa hal seperti mengetahui/ menyadari keuntungan dan
kelemahan dari masing-masing prosedu, memperhitungkan sifat materi pelajaran
dan tujuan pengajaran
(2)
Keahlian dalam penguasaan materi
(3)
Gaya memimpin kelas. Gaya ini
menurut Kurt Lewin yaitu gaya otoriter, gaya demokratis, dan gaya laissez
faire. Gaya otoriter guru yang berkuasa. Gaya demokrasi guru masuk manjadi satu
terhadap siswa atau bertindak sebagai kelompok belajar sedangkan gaya laissez
faire adalah dimana siswa menentukan sendiri sebaiknya bagaimana system belajar
yang dikehendaki. Adapun beberapa pertimbangan antara gaya demokratis dan
otoriter :
(a)
Apa yang menjadi tujuan pengajaran
dan bagaimana sifat materi pelajaran
(b)
Besar kecilnya satuan kelas. Jika
kelas agak besar maka system yang terbaik adalah gaya otoriter
(c)
Tahap perkembangan siswa dalam kelas
(d)
Taraf kemampuan siswa belajar,
lebih-lebih apabila dikaitan dengan rasa percaya diri yang dimiliki siswa
(e)
Adanya ruang untuk aneka benetuk
campuran anatara kedua gaya ersebut
(f)
Alasan untuk menggunakan gaya
demokratis seperti guru dan siswa harus bermusyawarah
Sedangkan gaya laissez faire pada umumnya tidak disarankan
dikarenakan siswa akan cenderung untuk hanya memperhatikan diri sendiri dan
kurang menghargai wewenang guru
(g)
Guru berkomunikasi dengan siswa
(h)
Kemampuan berbahasa
(i)
Tenaga pengajar harus diberi
kelonggaran waktu cukup lama untuk berkembang
d.
Guru sebagai rekan seprofesi
3.
Struktur jaringan hubungan sosial
Jaringan sosial
terbentuk karena sejumlah orang yang hidup bersama atau bekerja sama. Dalam
lingkungan sekolah juga terdapat suatu system sosial yaitu struktur jaringan
hubungan sosial antara sejumlah orang yang menempati kedudukan atau posisi
tertentu. Status sosial ialah tinggi atau rendahnya prestise (kehormatan) yang
diberikan kepada seseorang, berdasarkan posisi yang dipegangnya dalam
keseluruhan sistem sosial yang berlaku baik menurut pola organisasi formal
maupun informal. Adapun beberapa masalah sistem sosial di sekolah dan status
sosial yaitu :
(a)
Status sosial yang dimiliki seorang
siswa, dapat mempengaruhi kegiatan belajar karena berkaitan dengan penghargaan
terhadap diri sendiri dan penerimaan lingkungan terhadapnya. Bagi siswa yang
dihargai maka siswa itu akan lebih berkonsentrasi dalam belajar. Sedangkan yang
tidak dihargai akan tertekan, merasa rendah diri dan sulit berkonsentrasi
belajar.
(b)
Siswa cenderung menyesuaikan sikap
dan perilakunya dengan sikap dari perilaku kelompok sosialnya
(c)
Tenaga pengajar tidak hanya
menghadapi sejumlah individu dalam suatu satuan kelas, tetapi juga beberapa
kelompok yang telah dibentuk oleh siswa sendiri, namun kerap tidak mengetahui
tentang adanya kelompok itu dan siapa yang menjadi anggotanya
4.
Sekolah sebagai institusi
Dalam bagian
ini ditinjau aspek keadaan awal yang meliputi struktur meso, yaitu pengaturan
kehidupan lingkungan sekolah. Beberapa faktor yang ditinjau apabila sekolah
sebagai institusi :
a.
Prasarana dan sarana
Seperti gedung sekolah, UKS, perpustakaan, dll
b.
Suasana di sekolah
Suasana di sekolah menunjuk pada iklim psikologis yang terdapat di
suatu sekolah.
c.
Kurikulum sekolah
Kurikulum sekolah mengikuti rancangan pendidikan nasional yang
telah ditentukan untuk berbagai jenjang dan jenis pendidikan sekolah. Kurikulum
dalam arti luas dituangkan dalam bentuk suatu dokumen tertulis yang menjadi
pedoman dan pegangan.
d.
Sistem progresi siswa
Maksudnya adalah prosedur yang diikuti dalam memajukan siswa dari
tahap program pengajaran yang satu ke tahap berikutnya. Perlu dicatat pemberian
nilai terhadap siswa harus sesuai dengan taraf prestasi belajar yang dicapai. Dalam
literatur tentang pendidikan sekolah pada dasarnya dikenal dua sistem progesi yaitu
yang disebut “grading” dan “nongrading”. Grading school ialah
semua hal yang diikuti disekolah, sedangkan nograding school seluruh
kegiatan luar lingkup sekolah. Grading pun bisa bermakna nilai disini. Oleh
sebab itu grading di sekolah dibedakan dalm beberapa hal :
(1)
Dalam suatu graded school,
dikenal tingkatan-tingkatan kelas (grades). Contohnya materi pelajaran
dibagi atas bagian-bagian paket tahunan yang diajarkan di berbagai tingkatan
kelas tertentu. Kelemahan dari sistem ini adalah siswa tidak dapat berada dalam
taraf prestasi belajar yang sama. Sedangkan keuntungannya adalah siswa yang
mengulang kelas mendapat kesempatan untuk mengejar kekurangannya di semua
bidang studi.
(2)
Dalan nongraded school,
kaitannya adalah dengan pakey materi tahunan, tingkatan kelas, dan kenaikan
kelas ditiadakan. Yang diperjuangkan ialah diferensiasi dalam materi pelajaran
yang harus dikuasi dan dalam tuntutan prestasi belajar. Disamping itu siswa
dapat dikelompokan menurut kemampuannya.
e.
Pengelompokan siswa
Pengelompokan siswa terjadi menurut dua bentuk, yaitu bentuk
pengelompokan kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif berdasarkan ciri :
1.
Umur
2.
Jenis kelamin
3.
Kemajuan dalam bidang studi
4.
Kurikulum jurusan
Sedangkan kuantitatif berdasarkan jumlah siswa yang digabung
menjadi satu kelas.
Pengelompokan
siswa menggunakan dua sistem ini terlaksana menurut garis vertikal dan garis
horizontal. Menurut garis vertikal kelas disusun berdasarkan
tingkatan-tingkatan kelas, sedangkan menurut garis horizontal kelas dibentuk
berdasarkan satuan-satuan kelas yang berbeda-beda menurut program studi yang
diikuti dan menurut besarnya jumlah siswa dalam setiap kelas.
Pengelompokan
siswa menurut E. De Corte masih dipandang sebagai tentative (bersifat
sementara) karena hasil yang diberikan oleh sistem kualitatif dan kuantitatif
belum terdapat kepastian. Dalam pengelompokan sistem kualitatif dibedakan
berdasarkan misalnya kelompok tahunan, kelurga, kelompok berkemampuan dalm
bidang yang sama, dll, sehingga mempunyai keuntungan :
1.
Perkembangan sosial yang lebih baik
2.
Siswa yang lebih tua mampu membantu
siswa yang lebih muda
3.
Tenaga pengajar harus menyesuaikan
diri menurut masing-masing umur
4.
Pengklasifikasi kelas menurut
tingkat kemampuan
Sedangkan kelemahannya :
1.
Siswa yang tau lebih mendominan
2.
Tenaga pengajar yang sering kali
kurang cocok
Pengelompokan
kuantitatif menyangkut masalh jumlah siswa dalm suatu kelas. Tapi dari sini
tidak dapat dia mbil kesimpulan bahwa jumlah kelas yang lebih sedikit bisa
mendapatkan hasil yang lebih memuaskan dibandingkan kelas yang siswanya
berjumlah banyak. Karena bias saja cara guru mengajr menajdi faktor
keberhasilan dan tidak berhasilanya seorang anak didik.
f.
Pengelompokan tenaga pengajar
Maksudnya adalh pengelompokan kelas berdasarkan kemampuan guru
untuk mengajar dalm suatu bidang studi. Misalnya untuk siswa SMA maka guru
matematika dibutuhkan yang ahli matematika. Dan hal ini bertolak dengan tenaga
pengajar di SD, karena guru di SD akan mendapatkan seluruh aspek bidang studi.
Oleh sebab itu dibuat pengelompokan guru (tim teaching) atau menggunakan
sistem merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi dan dengan cara ini harus
diperhatikan jangka waktu. Misalnya 100 menit untuk 5 modul.
g.
Pelayanan kepada siswa diluar bidang
pengajaran
Yang dimaksud dengan ini adalah kegiatan ekstrakurikuler, bimbingan
konseling, dll.
h.
Kontak dengan orang tua siswa
Cara ini adalah untuk menjadikan sistem yang kontinu dan positif,
dengan memberikan laporan kepada orang tua siswa tentang perkembangan siswa
secara kontak rutin maupun kontak insidential. Kontak rutin misalnya pertemuan
orang tua sedangkan kontak insidential adalah pertemuan diadakan karena sebab
tertentu atau dikarenakan ada masalah tertentu.
INTERAKSI ANTARA ASPEK-ASPEK KEADAAN AWAL
Untuk memudahkan peninjauan terhadap aspek-aspek keadaan awal dalam
interaksi satu sama lain, maka inilah hasilanya :
1.
Aspek keadaan awal pada pihak siswa
(masing-masing individu siswa) :
a.
Faktor-faktor yang langsung
berkaitan dengan belajar :
-
Kognitif : Kemampuan belajar, gaya
belajar, daya fantasi
-
Nonkognitif : Hasrat, motivasi
belajar, konsentrasi, perasaan, sikap, minat
b.
Faktor-faktor yang ikut berperan
dalam belajar :
-
Fungsi sensorik-motorik, kondisi
fisik
-
Kepribadian siswa, individualitas biologis,
temperamen, kondisi mental, vitalitas psikis, lingkungan hidup, perkembangan
kepribadian
2.
Aspek-aspek keadaan awal diluar
siswa :
a.
Pribadi guru yang meliputi
faktor-faktor :
-
Kepribadian guru
-
Guru sebagai pendidik
-
Guru sebagai didaktikus
-
Guru sebagai rekan seprofesi
b.
Sekolah sebagai institusi pendidikan
yang meliputi faktor-faktor :
-
Prasarana dan sarana
-
Suasana di sekolah
-
Kurikulum sekolah
-
Sistem progesi sekolah
-
Pengelompokan siswa
-
Pengelompokan tenaga pengajar
-
Pelayanan terhadap siswa di luar
bidang pengajaran
-
Kontak dengan orang tua siswa
c.
Struktur jaringan hubungan sosial
yang meliputi faktor-faktor :
-
Sistem sosial
Pola
organisasi informal, terutama dalam kalangan siswa
-
Status sosial siswa
-
Interaksi guru-siswa
d.
Faktor-faktor situasional yang
meliputi :
-
Keadaan sosial-politik,
sosial-ekonomi, sosial-budaya
-
Keadaan waktu dan tempat
-
Keadaan klimatologis (iklim-musim)
Menurut Bloom dalam bukunya “Human Characteristics and School
Learning” berpendapat bahwa dalam keadaan normal faktor-faktor kognitif
bersamafaktor-faktor nonkognitif pada pihak siswa jauh lebih berpengaruh
terhadap hasil belajar daripada pribadi guru. Menurut pendapatnya 60% dari
hasil belajar dalam menghadapi materi pelajaran baru, bergantung pada
faktor-faktor kognitif dan nonkognitif itu, sedangkan 40% bergantung pada
kualitas pengajaran.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwasanya faktor kognitif
diutamakan kepada kemampuan belajar, lebih berpengaruh terhadap taraf prestasi
siswa belajar siswa, sedangkan faktor nonkognitif lebih berperan dalam
membangkitkan dan mempertahankan semangat dan gairah belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar